Dhalemtemor.com- Syaichona KH Thaifur Ali Wafa menyampaikan tausiyahnya dalam kegiatan Haul Agung ke-7 Kiai Muhammad Rowi GherAssem pada bulan lalu, tepatnya pada Ahad 25 Februari 2024 di Ponpes Al-Bustan Banyugiri, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Dalam kesempatan tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren As-Sadad Ambunten Sumenep yang biasa dipanggil Kiai Thoifur itu membahas tentang hakikat panjang umur, dalam pandangan Islam dan ke-walian atau kesalehan Kiai Muhammad Rowi GherAssem.
Menurut beliau, pengertian panjang umur adalah ketika kesehatan dan kesempatan digunakan sebaik-baiknya dengan bersilaturrahmi, bersentuhan langsung dengan Qodha’ Muallaq dan Qodha’ Mubrom.
Kiai Thoifru melanjutkan, bahwa Qodha’ Muallaq bisa memanjangkan umur dengan perantara silaturrahmi, tapi tidak dengan Qodha’ Mubrom yang memang tidak bisa dirubah dengan ikhtiar manusia. Barokah dari umurnya.
“Orang yang bersilaturrahmi ditambah umurnya, itu Qodha’ Muallaq, bisa juga berkmakna umurnya barokah. Walaupun umurnya pendek, dikaruniai barokah oleh Allah SWT,:demikian Kiai Ali Thoifru Ali Wafa dalam Tausiyahnya didepa ribuan Bani Rowi.
Dalam penjelasan Kiai Thoifur selanjutnya, bahwa seseorang yang oleh dikarunia keberkahan meski umurnya tidak panjang didunia, ketika wafatnya akan terasa orang tersebut, meski telah meninggal tapi dirasakan oleh orang-orang seperti masih hidup.
“(umur yang berokah) sampai saat ini (meski sudah wafat orang tersebut) seakan-akan tidak meninggal dunia. Kita sama-sama tahu, para imam terdahulu seperti Imam Syafi’ie, Imam Ghazali sampai saat ini tetap disebut-sebut dan kitabnya digunakan dan dimanfaatkan, sehingga mereka tetap hidup di tengah-tengah kita” Kiai Thoifur melanjutkan tausiyahnya didampingi Habib Segaf Baharun, Azwar Anas MenPAN/RB dan sejumlah habaib dan kiai diatas panggung Haul Agung ke-7 kala itu.
Sesekali Kiai Thoifur mengisahkan tentang silsilah orang saleh yang nasabnya bersambung kepada kepada orang-orang saleh seperti Kiai Muhammad Rowi.
Didepan ribuan jamaah keturunan Kiai Muhammad Rowi, Ketua Dewan Pembina Kompolan Potoh Kiai Rowi ini juga menerangkan silsilahnya, yang bersambung kepada Kiai Rowi GherAssem, sembari membeberkan salah satu bukti kesalehannya Kiai Rowi, lanjut Kiai Thoifur adalah dengan kompaknya ribuan keturunan beliau hingga akhir zaman memberikan banyak manfaat kepada umat.
“Saya al-faqir sebagaimana diterangkan tadi, Thaifur bin Mukammal bin Muharror bin Quddamah bin Rowi bin Syihabuddin dan sudah tidak diketahui di atasnya. Tapi alhamdulillah ini termasuk kesalehan leluhurnya sampai anak cucunya saat ini diadakan haul sampai haul ke-7 ini, yang hadir masih sangat kompak. Insya Allah, ini lantaran kesalehan leluhur kita Kiai Muhammad Rowi,” imbuhnya.
Kendati kesalehan ataupun kewalian para leluhur termasuk Kiai Muhammad Rowi sudah sangat masyhur, namun pihaknya mengingatkan agar tidak mengandalkan leluhur semata.
“ Kesalehan leluhur berguna untuk keturunannya demikian juga sebaliknya. Tetapi jangan sampai mengandalkan leluhur,” pesan Kiai Thoifur melanjutkan Tausiyahnya.
Kiai Thoifur merinci, dirinya masih keturuanan keempat sambung nasabnya sampai ke Kiai Muhammad Rowi atau dalam istilah di Kompolan Potoh Kiai Rowi (Kaprowi) disebut R-4 atau keturunan ke-4. Generasi keempat ini paling tinggi yang masih hidup, sebab keturunan ke-3 dan seterusnya telah tiada.
“Leluhur yang akan di-hauli ini (insya Allah) sudah mengetahui apa yang direncanakan oleh anak cucunya dalam pelaksanaannya. Mari kita senantiasa bersandar kepada oreng saleh, baik leluhur ataupun mahabbah yang kuat dengan harapan berkumpul kelak di akhirat.” Tutup KH Thoifur Ali Wafa disambut ucapan Amiiin dari ribuan hadirin potoh Kiai Muhammad Rowi GherAssem. [Ferry Arbania]