dhalemtemor.com- Pada tahun 1919 M, Hadratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari menerapkan sistem madrasi (klasikal) dengan mendirikan Madrasah Salafiyah Syafi’iyyah Tebuireng Jombang yang bisa disebut sebagai madrasah pertama di Nusantara. Sistem pengajaran disajikan secara berjenjang dalam dua tingkat, yakni Shifir Awal dan Shifir Tsani.
Demikian penjelasan KH. Moh. Shalahuddin A. Warits saat mengisi penyajian materi Ke-Annuqayahan dan Ke-Aswajaan dalam kegiatan Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (MATSAMA) Madrasah Aliyah (MA) 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Tahun Pelajaran 2023/2024 pada Sabtu (15/07/2023) di Aula MA 1 Annuqayah.
“Kemudian, pada tahun 1930 M, dirintis pembaharuan lagi di Tebuireng dengan dimasukkannya ilmu pengetahuan umum ke dalam dunia pesantren dan dalam struktur kurikulum Madrasah Salafiyah Syafi’iyyah, hal yang belum pernah ditempuh oleh pondok pesantren manapun pada waktu itu,” jelas Kiai Mamak sapaan akrabnya.
Sementara itu, lanjut Kiai Mamak, Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep sendiri didirikan oleh KH. Muhammad Syarqawi pada tahun 1887 M. Sejak awal berdirinya, pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Annuqayah adalah sistem pendidikan salaf murni seperti sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren-pesantren pada umumnya yaitu dengan metode sorogan, bandongan, tanya jawab, penyampaian materi, memaknai dan penjelaskan yang semua kajiannya hanya fokus dalam ilmu keagamaan atau kitab kuning. Barulah setelah tahun 1933 Annuqayah memulai berbagai perubahan pada sistem pendidikannya, dengan tetap menekankan pendidikan Al-Qur’an yang sedari dulu menjadi semacam ciri khas Pondok Pesantren Annuqayah.
“Perubahan pada sistem pendidikan di Pondok Pesantren Annuqayah dengan menerapkan sistem kelas atau sekolah yang dimulai sekitar tahun 1933 M, perubahan itu terjadi setelah KH. Moh. Khazin Ilyas, salah satu keluarga besar Pondok Pesantren Annuqayah, menamatkan studinya di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. KH. Moh. Khazin Ilyas saat itu mengetahui pola pendidikan kelas dari ide yang dibawa oleh KH. Wahid Hasyim setelah Kiai Wahid pulang dari tanah suci mekah ke Tebuireng, dimana Kiai Khazin saat itu ikut memperhatikan perkembangan metode kelas yang diterapkan di Tebuireng,” terangnya.
Berikutnya, setelah Kiai Khazin tamat dari Pesantren Tebuireng kemudian pulang ke Annuqayah Guluk-Guluk, beliau mulai menerapkan sistem kelas itu di Pesantren Annuqayah. Mula-mula Kiai Khazin mendirikan madrasah secara sederhana, dengan membuat 3 (tiga) kelas, yang kurikulumnya kira-kira sederajat dengan tingkat Madrasah Tsanawiyah.
“Setelah Tebuireng, Annuqayah termasuk yang paling awal dalam memadukan pelajaran agama dan umum di persantren. Termasuk juga yang paling awal adalah pesantrennya Kiai As’ad Syamsul Arifin Sukorejo Situbondo,” ungkapnya.
Setelah memulai perubahan sistem pendidikan dengan sistem kelas dan mulai memasukkan pelajaran umum ke dalam kurikulumnya, Annuqayah pada masa KH. Moh. Mahfoudh Husaini, terus melanjutkan perombakan sistem dari sistem pendidikan madrasah salaf menjadi pendidikan madrasah formal.
“Maka, pada tahun 1951 didirikanlah Madrasah Tsanawiyah. Perombakan terus berlanjut di bawah kepemimpinan KH. M. Amir Ilyas, Madrasah Tsanawiyah diubah menjadi Madrasah Muallimin (empat tahun), kemudian pada tahun 1967 disempurnakan menjadi Madrasah Muallimin lengkap (enam tahun). Namun akhirnya, untuk menyesuaikan dengan peraturan pemerintah, pada tahun 1979 Madrasah Muallimin lengkap diubah menjadi Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, sehingga pada tahun itu pula ada 3 tingkatan pendidikan (madrasah) di Annuqayah yaitu, MI, MTs dan MA,” tandas Kiai Mamak.
“Kalian harus punya kebanggaan diri sendiri tetapi tidak boleh membangga-banggakan. Kalian harus bangga menjadi siswa MA 1 Annuqayah. Karena MA 1 Annuqayah ini merupakan jantungnya Annuqayah. Hal itu bisa dibuktikan dengan sejarah awal berdirinya madrasah di Annuqayah bermula dari MA 1 Annuqayah,” tambahnya.
Menurutnya, dulu ketika pada masa Kiai Mamak menuntut ilmu di Annuqayah, lembaga yang menjadi tumpuan/penggerak seluruh kegiatan di Pondok Pesantren Annuqayah adalah MA 1 Annuqayah.
“Karena pada waktu itu, Perguruan Tinggi di Annuqayah masih belum berdiri, karenya kegiatan ditangani langsung oleh MA 1 Annuqayah seperti pelaksanaan Haflatul Imtihan Madrasah Annuqayah (HIMA). Juga salah satu dari pendiri dari Perguruan Tinggi di Annuqayah adalah orang-orang dari MA 1 Annuqayah,” jelasnya.
Di lain waktu, KH. A. Farid Hasan selaku Kepala MA 1 Annuqayah juga menuturkan bahwa tujuan dari adanya kegiatan MATSAMA 2023 ini adalah bagaimana para siswa baru bisa menjalani kehidupan baru di pesantren maupun di madrasah.
“Selama empat hari pelaksanaan MATSAMA, nanti ada materi tentang pengenalan pondok pesantren, pengenalan lingkungan madrasah, pengenalan tata terib madrasah, serta pengenalan tentang perilaku hidup bersih dan sehat,” jelasnya ketika sesi sambutan.
Kiai Farid juga berharap kepada para siswa baru agar mereka terus mengikuti kegiatan MATSAMA 2023 ini. Mulai dari disiplin datang tepat waktu, persiapan untuk mencatat materi penyajian, mengumpulkan resume, dan memberikan perhatian penuh ketika penyajian berlangsung.
“MATSAMA ini merupakan sarana untuk menggali potensi dan bakat siswa. Jika ada potensi atau bakat dalam diri siswa, maka nanti kami akan fasilitasi untuk mengembangkannya. MATSAMA ini juga merupakan gambaran kecil bagaimana para siswa baru bisa beradaptasi dengan lingkungan madrasah,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang sebelumnya dilaman resmi MASA.SCH.ID dengan judul: Berikut Sejarah Awal Berdirinya Madrasah di Annuqayah