Dhalemtemor.com- Kabupaten Sumenep dikenal dengan lumbungnya sejarah dan jejaknya masih bisa ditemukan secara turun temurun hingga sekarang.
Hari ini merupakan saat yang tepat untuk mengungkap misteri Selo Pote yang konon memiliki keterkaitan dengan Makam Keramat di Desa Paberasan Kecamatan Kota Sumenep Madura.
Makam Keramat di Desa Pabian diyakini warga sekitar memiliki jejak sejarah dan menyimpan misteri yang menarik untuk dikupas lebih dalam. Makam tersebut diyakiani sebagai Pasarean Pangeran Batuputih, sosok pahlawan Soengenep (Sumenep) yang gugur di medan perang demi mempertahankan wilayah Madura Timur dari serangan pasukan Bali pada abad 16 Masehi.
“Sudah sejak lama (makam keramat di desa Paberasan), dikenal sebagai makam Pangeran Topote atau Pangeran Batu Putih,” demikian K. Basir, seorang tokoh di Desa Paberasan Kecamatan Kota Sumenep.
Demikian disadur Dhalemtemor.com dari hasil Wawancara Media Center dengan Kiai Basir pada hari Ahad tanggal 12 Juni 2022.
Makam tersebut memiliki Congkop atau bangunan sederhana mirip Langgar atau Mushalla yang dipergunakan khusus ibadah seperti shalat dan ngaji Al-Qur’an atau sekedar berdzikir.
Namun saat ini model bangunan congkop dan kijing di Makam Keramat tersebut sudah bergaya masa kini, berbalut keramik.
Menariknya, pada sisi kanan dan kiri congkop terdapat dua pohon besar menjulang berdaun sangat lebat, yakni pohon Nangger dan pohon Beringinyang diperkirakan sudah berumur ratusan tahun.
Berdasarkan pengakuan warga sekitar makam Pangeran Batu Putih yang memahami seluk beluk sejarah menyebutkan bahwa nama makam tersebut dikenal dengan Makam Selo Petak.
” Selo bermakna batu, sedangkan Petak bermakna putih. Kalau digabung menjadi Batu Putih,” kata salah satu tokoh bernama R. H. Chandra yang saat itu menjabat sebagai Kepala BPS Sumenep.
Bergeser kearah timur berjarak sekitar 10 meter di timur congkop makam Pangeran Batu Putih, terdapat dua makam kuna yang menurut warga setempat diyakini makamnya tentara Bali. Itu diperkuat dengan tulisan batu nisan bercorak khas Gresik, Jawa Timur.
“Dari hasil diskusi dengan ahli nisan, nisan ini diperkirakan model era Sunan Giri II dan III,” kata Ja’far Shadiq salah satu kru dari Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser).
Ja’far menilai, dari bentuk tulisan pada dinding nisan di dua makam tersebut, terdapat kesimpulan akan sebuah simbol jabatan dalam hirarki politik di Giri. Namun demikian, pihaknya tetap menemukan adanya kontradiktif dalam penilaian warga setempat.
“Terdapat kontradiksi antara keterangan warga, kaitannya dengan tentara Bali dan bukti fisik nisan yang justru bergaya Jawa,” pungkas Ja’far Shadiq. [Ferry Arbania/Media Center]