DhalemTemor.com– Banyak yang penasaran tentang sosok Sultan Pakunataningrat yang lahir di Sumenep dengan nama Raden Bagus Abdurrahman, yang belakangan namanya diganti menjadi Raden Ario Tirtodiningrat. Entah apa sabab, nama saat beranjak dewasa, nama Sultan Sumenep itu diganti lagi menjadi Pangeran Ario Notonegoro.
Pada tahun 1811 Masehi atau bertepatan dengan 1230 Hijriah, Pangeran Ario Notonegoro atau Sultan Pakunataningrat alias Ario Notonegoro diangkat menjadi Adipati Sumenep dengan gelar Panembahan Notokusumo II.
Dikisahkan juga dalam sebuah keterangan, setela “Perang Jawa” berakhir dan usai pada tahun 1830 Masehi, Gelar Notokusumo II digani menjadi Sultan Pakunataningrat.
Kepribadian Sultan Pakunataningrat dilukiskan sebagai sosok yang arif, dan berakhlaq mulia, yang sangat disegani oleh rakyatnya, bahkan dikalangan warga asing seperti Ingris dan Belanda yang sempat menjajah Nusantara.
Dari sumber yang dihimpun DhalemTemor.com yang merujuk pada sebuah manuskrip yang disimpan R. Idris, salah satu keturunannya yang saat ini tinggal di kampung Pangeran Letnan Kolonel Hamzah, Kepanjin, Sumenep menyebutkan, bahwa Sultan Pakunataningrat dulunya dikenal juga sangat alim dan luas ilmunya.
Bahkan sejak masih kecil (mumayyiz), Sultan Pakunataningrat sudah mampu menguasai kitab suci Al-Quran, pada masa remajanya disebut-sebut sudah kerap terlibat dalam kegiatan majelis ulama, karena dikenal alim dalam syari’ah, ‘aqaid, bahasa arab dan gramatika.
Sultan Pakunataningrat juga dikenal alim dalam ilmu bayan, mantiq, ‘urudl, tafsir dan hadits.
Selain itu, Sultan Pakunataningrat dikenal zuhud sejak masa remaja. Beliau sering melakukan riyadlah dengan beruzlah sambil bertapa.
Tak berhenti disitu, dalam dunia tashawwuf, Sultan Pakunataningrat disebut mendapat ijazah dan talqin empat thariqah sekaligus, yakni ThariqahNaqsyabandiyah, Khalwatiyyah, Sathariyah, dan Sammaniyyah.
Sultan Pakunataningrat lahir di Sumenep
Sultan Pakunataningrat dilahirkan di Sumenep pada tahun 1194 Hijriah dari pasangan Panembahan Sumolo (Notokusumo I) dengan Raden Ajeng Maimunah dari Semarang, putri dari Raden Marmowijoyo alias Kangjeng Pangeran Adipati Ario Suroadimenggolo III, seorang penguasa di Semarang, Jawa Tengah.
Panembahan Sumolo sendiri memiliki delapan anak dari tiga orang istri. Putra pertamanya bernama Pangeran Panggung (Raden Ario Kusumodiningrat), yang lahir dari isteri Putri Adipati Sedayu.
Pangeran Panggung merupakan Putra tertua dari Panembahan Sumolo yang pada awal-awalnya, digadang-gadang atau dipersiapkan untuk mengganti ayahandanya, hal itu tidak terealisasi dengan alasan beberapa hal, Pangeran Panggung kurang disukai warga Sumenep.
Sumber yang dihimpun menyebutkan, berkat campur tangan pihak kolonial pada zaman itu, Pangeran Panggung diangkat menjadi Bupati di Pasuruan,Jawa Timur setelah sebelumnya menjabat sebentar sebagai Adipati Sumenep sepeninggal Panembahan Sumolo.